[Review] Windry Ramadhina - Memori

Judul: Memori (Goodreads, GagasMedia)
Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979780562x
Tahun: 2012 (Cetakan 1)
Tebal: 304 hlm.
Rating: 5/5 stars
Format: Paperback
Mulai: 10 Juni 2015
Selesai: 10 Juni 2015


Sinopsis:
Alkisah Mahoni, seorang arsitek muda yang memilih bekerja di luar negeri untuk mengejar karirnya dan meninggalkan keluarga serta berbagai permasalahan di masa lalu. Peristiwa tragis yang menimpa keluarganya mengharuskan ia untuk kembali ke Indonesia. Ke rumah masa kecilnya yang penuh dengan bayang-bayang masa lalu. Pertemuannya kembali dengan orang di masa lalunya memberikan ia harapan bahwa akan ada hidup yang lebih baik bagi dirinya di tengah kesulitan yang ia alami.

Okay aku menyerah. Buku ini terlalu indah untuk aku coba rangkum dalam 1 paragraf. Mohon dimaafkan.
Review: 
Lebih dari 4 bulan berlalu setelah aku membaca buku ini. Aku berharap bisa mulai terbiasa dengan kelakuanku sendiri yang jarang menuliskan review tepat setelah membaca buku. Tapi ternyata memang sulit. Untuk bisa melakukannya sekaligus untuk mengubah kelakuanku itu. Jadi sebelum kamu melanjutkan membaca tulisan ini, aku mohon maaf apabila ada kesalahan yang pastinya tidak sengaja aku lakukan. Gomennasai...

Pertama, fisik buku. Jujur aku tidak terlalu menyukai warna pada cover buku ini saat melihatnya di layar komputer. Tapi ternyata aslinya lebih baik dan memang pas dengan cerita dalam buku. Hiasan (atau ilustrasi?) pada bagian awal bab yang menyerupai bunga juga jadi tambahan yang indah untuk buku ini.

"Kompromi tidak akan membunuhmu, Mahoni. Kau tidak akan kehilangan jati dirimu hanya gara-gara mendesain kolam dengan pancuran air bertingkat.""Ya, aku tahu.""Sebaliknya, kau bisa mewujudkan impian seseorang dengan kompromi. Itu sesuatu yang kita lakukan setiap sadar tanpa sadar. Di rumah. Dengan keluarga kita." (hal. 138)

Dari bab pertama membaca buku ini, aku langsung mengerti jalan pikiran serta emosi yang berkecamuk dalam diri Mahoni. Ia adalah seseorang yang pernah dilukai oleh masa lalu dan kini mencoba untuk memperbaiki dirinya. Bahkan sikap arogan yang ia miliki juga sesuatu yang aku bisa pahami karena ia memang memiliki kemampuan dalam bidang desain yang membuat ia bisa bersikap seperti itu. 

Ada orang yang memilih bangkit dan mengobati lukanya setelah terjatuh, tetapi ada pula yang lebih suka tetap terpuruk dan menangisi masa lalu. Mae adalah tipe kedua dan dia tidak ingin berada di kegelapan sendiri.Dia menarik semua orang ke dalam dunianya. Para pembacanya dan, yang paling utama, aku. (hal. 249)

Karakter-karakter lain dalam buku ini cukup dieksplor. Karakter favoritku adalah Mahoni dan Sigi. Interaksi antara keduanya memang cukup aneh, dan terkadang bikin aku jadi miris sendiri membayangkannya. Tapi aku suka bagaimana hubungan mereka berkembang perlahan-lahan, terasa begitu nyata.

Aku tidak ingin hubungan kami berakhir meninggalkan rasa benci. Aku ingin percaya bahwa kami memang pernah memiliki sesuatu, bahwa perasaannya kepadaku sungguh-sungguh. Dengan begitu, yang akan tersisa nanti untukku adalah kenangan manis. (hal. 271)

Jalan cerita dalam buku ini mungkin bukan yang paling unik. Tapi cara penyampaian Windry Ramadhina yang mengalir membuatku sangat menikmati buku ini. Untunglah ia merupakan penulis yang cukup produktif jadi aku tidak perlu terlalu lama menunggu buku berikutnya :D

Update 5/12/2015:
Setelah aku melihat-lihat playlistku di Youtube, aku baru sadar bahwa ada 1 lagu yang aku putar selama membaca buku ini. Sekarang, ketika aku memainkan lagu itu, aku langsung teringat dengan kisah di dalam buku ini.

Comments

Popular posts from this blog

Share the Love 2017: #Giveaway oleh @mandewi dan @afifahtamher

2018 Reading Goals